Rabu, 01 Juli 2009

SOLUSI UNTUK TEMABAKAU SAAT INI, MENURUT SAYA


(Foto di laboratorium kesahatan (Virus dan mikrobiologi), sesudah sidang 2005)

filosofi " masih ingatkah kita sebuah hadist yang menjelaskan bahwa saat ada lalat masuk pada minuman kita, maka celupkanlah semuanya karena dikaki lalat ada racun (penyakit) dan di sayapnya ada penawarnya. jadi semua ada obatnya. sy sejenak berfikir sebelum menulis ini dulu diawal sy akan menulis, 1,5 tahun yang lalu, "apakah itu juga yang sebenarnya terjadi pada tembakau?" mungkin saja, karena dalam tembakau juga ada penyakit tapi didalamnya juga ada obat yang power full (solanisol) mungkin senyawa yang power full ini yang membuat orang kuat dan tahan saat beraktivitas dengan mengisap tembakau bahkan tanpa makanpun mereka tidak merasa lapar; bahkan ada yang bilang "dhinah makeh tak ngakan, se penting aroko'" (tidak apa-apa walaupun tidak makan yang penting merokok). menurut saya itu tergantung daya serap tubuhnya, kalau lebih banyak penyakit yang diserap maka efeknya tentu akan negatif tetapi jika yang di serap adalah senyawa solanisol maka ia akan kuat. tergantung vit atau tidak tubuhnya saat orang menghisap rokok. atau malah bisa seimbang yang diserap 50% senyawa berbahaya : 50% senyawa solanisol. tergantung kapan salah satu senyawa itu akan dominan, maka ia bisa sakit-sakitan. tapi yang pasti asap yang ditimbulkan adalah penyakit yang pasti merugikan bagi yang tidak merokok (dikenal perokok pasif). jadi kenapa lebih berbahaya perokok pasif daripada perokok aktif karena perokok pasif pasti menghirup kotoran/ racun sisa pembakaran, sedangkan perokok aktif masih menghirup senyawa yang power full tersebut (solanisol) jadi tidak totalitas racun. pemikiran ini setelah saya membahas masalah solanisol. jadi berdasar literatur ini, tidak tau jika sahabat yang di paramedis mempunyai pandangan lain.Wallahua'lam...

waktu saya bertemu dengan seorang teman sebagai broker (Gudang di Madura) salah satu perusahaan tembakau besar di Indonesia, ia menyatakan bahwa tembakau di eropa itu sudah dicetak tipis spt kertas mungkin saja solanisolnya sudah diambil. saya menjawab "bisa saja karena menurut data dalam tulisan ini hanya cina, india, inggris dan beberapa negara eropa lainnya yang memproduksi". farmasi di Indonesia masih mengimpor
Judul:
PENINGKATAN NiILAI EKONOMIS TEMBAKAU
Sebagai Bahan Baku Untuk Obat Kanker, Jantung dan Borok.
Oleh : Ir. Sukardono Hidayat S.(dodonk A.E)


* Mantan Human Relation dan Oprasional Consultan Riset- Manageman-Agribusiness-Indrustri-Engineering PT. Sco Prima Inovatindo, Jakarta pusat. dan Mantan Area coordinator TS JATIM, Demplot Tek.Tambak Udang Windu. PT.Suba Indah Tbk.

* Ketua LSM Perhimpunan Petani Nelayan Seluruh Indonesia (PPNSI) Kab.Pamekasan

* Lembaga Keuangan Micro Syari’ah MICROFIN Kab.Pamekasan (pembinaan 90 UKM di kab.Pamekasan)

(judul ini saya pernah ajukanDiajukan ke Litbang Kabupaten Pamekasan anggaran 2009. saya gagalkan-------- karena keputusan penentuan dana sepihak (tidak ada konsolidasi jumlah anggaran yang dibutuhkan) --- tiba-tiba dana dianggarkan 125 juta,tanpa sepengetahuan saya. dana ini cukup untuk metode yang paling sederhana tetapi tidak ekonomis. Setelah adanya potongan pajak, biaya presentasi dll sisa dana 101 juta. Dari 101 juta terjadi pemotongan kembali untuk pejabat 30%. Jadi sisa dana 71 juta. Dengan sangat terpaksa saya gagalkan dan jika masih berminat kita undur pada anggaran 2010. sekarang riset ini diminta PII (Persatuan Insinyur seluruh Indonesia) untuk diajukan dalam program, sehingga pendanaan ditanggung PII, tetapi saya ingin pemerintahlah yang terlebih dahulu peduli bukan orang lain. tertama bupati di Madura. khususnya pamekasan ni..., tembakau selalu dijadikan alat politik tapi tidak pernah ada solusi, hanya sebuah janji).



Dengan berakhirnya musim hujan yang ditandai dengan panen raya padi diseluruh wilayah Madura sebagai puncaknya,maka para petani sudah siap-siap untuk menghadapi musim kemarau yang ditunggu-tunggu. Dengan wajah tersenyum dan tetap semangat mengharap tanaman unggulan yang akan ia tanam dimusim ini dapat memberikan untung yang besar tidak seperti pada tahun sebelumnya. Walaupun dengan wajah tersenyum dan semangat yang tinggi bukan berarti bertanda semua harapannya akan berjalan mulus, kesemuanya masih harap-harap cemas. Mengapa? Setidaknya ada 3 hal dari banyak hal yang menjadi fikiran petani, yaitu: Langkanya pupuk karna permainan di distribusinya, mahalnya harga pupuk walaupun pemerintah masih mensubsidi dan yang menjadi ancaman adalah rendahnya harga tembakau karena ada permainan dalam tataniaganya. Apakah karena kualitas tembakau rendah? atau jumlah produksi petani yang tinggi? atau rendahnya nilai tukar rupiah yang seharusnya dapat mengangkat harga tembakau seperti pada tahun 1999?. Wallahua’lam pastinya hanya Tuhan yang tau, kita hanya hanya berusaha menganalisa dan berusaha mencari solusinya. Sambil memikirkan hal diatas mari kita memikirkan alternative lain yang bisa menjadi solusi bagi pemerintah dan masyarakat. Sebelumnya mari kita lihat fenomena alam Madura.

Kondisi alam Pulau Madura yang rata-rata bertanah gersang dengan curah hujan sedikit, bukan halangan bagi orang Madura untuk menggarap lahannya. Di Kabupaten Pamekasan yang berada di antara Kabupaten Sampang dan Kabupaten Sumenep, dengan luas daratan 792,30 kilometer persegi, hanya sekitar 15 persen yang dapat dikelola sebagai lahan pertanian. Selebihnya berupa lahan kering. Sebagian lahan pertanian itu merupakan areal tadah hujan (mencapai 90 persen) dan hanya sedikit yang berupa sawah teknis. Menyadari kondisi ini, petani madura tidak menggantungkan pertaniannya pada padi, meskipun angka produksi padi masih merupakan hasil dominan.

Kekeringan cuaca dan ren-dahnya curah hujan di pulau garam itu rupanya lebih cocok untuk pertumbuhan tanaman tembakau yang bisa menghasilkan mutu terbaik jika hujan tidak turun selama empat-lima bulan. Tembakau madura dikenal di dunia sebagai tembakau semi-oriental karena aromanya yang baik. Perannya sebagai bahan baku rokok kretek semakin penting karena kadar nikotinnya juga tidak terlalu tinggi, berkisar 2,5-3%, padahal kadar nikotin tembakau temanggung berkisar 3-8%. Tembakau madura mempunyai aroma yang khas sehingga banyak digunakan dalam racikan rokok kretek. Permintaan tembakau madura rendah nikotin makin meningkat seiring dengan tingginya konsumsi rokok ringan. Oleh karena itu, varietas unggul tembakau Madura rendah nikotin Prancak N-1 dan Prancak N-2 perlu disosialisasikan disertai teknologi pendukungnya.

Kendati seluruh produksi tembakau Madura dikonsumsi oleh hampir semua pabrik rokok di Indonesia, ironisnya nasib petani tembakau tidak juga beranjak naik. Mereka acapkali terbentur nilai tukar tembakau yang tak menentu. Belum lagi keadaan cuaca -turun hujan terus-menerus- kadang tak mendukung penanaman tembakau. Sulitnya, keadaan itu tidak juga menyebabkan petani beralih pada komoditi lain, di samping memang belum ada tanaman pengganti alternative yang sepadan dengan tembakau. Selain itu, permainan harga oleh para tengkulak menyebabkan semakin hancurnya harga tembakau dan kesejahteraan petani.

Alternative lain dari pemanfaatan tembakau perlu dilakukan agar permainan harga oleh tengkulak dapat diminimalkan atau dihilangkan. Di luar negeri, seperti Cina, korea, india dan eropa (inggris) telah memanfaatkan tembakau sebagai bahan baku medis. Bahan baku tersebut diekstraksi dari tembakau dan dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk obat kanker, jantung dan borok. Senyawa kimia yang diektraksi disini saya menyebutnya adalah Solanisol (selanjutnya saya sebut senyawa Z), senyawa ini merupakan bahan dengan nilai ekonomis yang tinggi dan bahan kesehatan yang powerful.

Pada umumnya, kandungan bahan ini dalam tembakau sebesar 0.3-3% (tergantung pada teknik yang digunakan, semakin baik teknik yang digunakan maka semakin tinggi prosentase hasil yang dicapai) dan permintaan pasar internasional bahan ini dengan kemurnian tinggi (≥90%) meningkat tiap tahunnya sebesar 15-20%. India telah memproduksi bahan ini dengan harga jual per kg solanisol di pasar internasional US$500 per kg dengan kemurnian 95%. (dalam rupiah kurang lebih Rp. 4.500.000).

Ada beberapa hal mengapa saya menulis peningkatan ekonomis tembakau khususnya bagi pemerintah dan masyarakat Madura jika program ini diterima dan bisa dijalankan, karena dari tahun-ketahun tembakau ini menjadi masalah yang selalu hangat dibicarakan bahkan pada tingkat politik dan belum terpecahkan sampai sekarang baik pada tingkat petani, pabrik dan konsumen, yaitu :
1. Memberikan alternative diversifikasi nilai ekonomi yang kopetitif bagi petani tembakau.
2. Menstabilkan harga tembakau dipasaran.
3. Seabagai program pendukung dari pemerintah daerah sebagai tindak lanjut dari program perintah pusat untuk menekan jumlah pecandu rokok dan anjuran untuk tidak merokok khususnya bagi pemuda. Serta menjadi komitmen pemerintah daerah kepada masyarakat untuk memberikan solusi terhadap tataniaga pemasaran tembakau, dimana selama ini belum terpecahkan.

Dari tujuan tersebut ada keluaran yang diinginkan
Sebagai keluaran dari program ini adalah sebagai solusi bagi pemerintah dareah di Madura, khususnya pemerintah daerah kabupaten Pamekasan sebagai center ekonomi dalam menstabilkan harga tembakau dipasaran atau bahkan meningkatkan harga tembakau karena adanya alternative diversifikasi pengolahan tembakau sebagai obat-obatan, tidak hanya sebagai rokok. Sehingga dapat memberikan nilia ekonomi yang kompetitif dari harga tembakau dipasaran. Dalam hal ini pula sebagai bentuk dukungan pemerintah daerah sebagai tindak lanjut dari program perintah pusat untuk menekan jumlah pecandu rokok dan anjuran untuk tidak merokok, dari data terakhir tanggal 30 mei 2008, melalui salah satu stasiun TV Swasta dinyatakan bahwa Indonesia masuk pada peringkat ke-5 konsumsi rokok tertinggi dan sampai saat ini konsumsi rokok sudah dinikmati sampai anak sekolah dasar.

Selain dengan program diversifikasi ini, maka dapat dilakukan pula ekspor tembakau ke luar negri seperti Malaysia, cina dan beberapa Negara eropa. Sampai saat ini kami belum menemukan solusi yang terbaik seperti hal diatas. Memang sempat ada saran untuk membagi wilayah pertanian kedalam 2 kelompok yaitu tanaman tembakau Asli tembakau Madura (pada wilayah Utara) ke-2 tanaman tembakau jenis Virginia (pada wilayah selatan) tapi Back to basic pada petani kita sehingga program itu masih perlu dimatangkan lagi, terutama peran serta pemerintah dan pabrik rokok. Seperti yang terjadi di NTB dimana program ini pada beberapa daerah sudah berjalan. Ada pula solusi yang sering saya mendengarnya adalah supaya petani mencari tanaman alternative lain selain tembakau, tapi pertanyaaannya apakah ada tanaman pengganti yang cocok dengan kondisi tanah madura, yang memiliki nilai ekonomis yang minimal sama dengan tembakau atau kalau bisa lebih? Sampai saat ini belum ada. Tanaman jarak yang didengungkan untuk biodisel juga tinggal nama, malah sekarang biodisel akan diproduksi melalui rumput laut, minyak jelantah, tebu dan lainnya dan semuanya masih meraba-raba untuk produksi massal.

Metode Ekstraksi Solanisol (Saya sebut Senyawa Z)
Teknik ekstraksi bahan ini mudah dikembangkan, dapat dilakukan misalnya ekstraksi dengan pelarut dan super critical fluid extraction dengan CO2 sebagai pelarut. Tehnik SCFE dapat meningkatkan kemurnian dan rendemen. Teknik SCFE memerlukan investasi awal yang lebih besar untuk pembuatan mesin tapi biaya produksi yang rendah karena hanya membutuhkan CO2 yang dapat diperoleh dari udara. Sedangkan ekstraksi pelarut memerlukan investasi awal yang lebih rendah tapi biaya produksi yang lebih mahal. Selain itu, metode ekstraksi pelarut menimbulkan dampak terhadap lingkungan dengan menghasilkan limbah pelarut. Metode menengah dapat dilakukan dengan vakum distillation.

Analisis konsversi nilai ekonomi (Asumsi Nilai ekonomi jika berhasil di produksi) jika riset ini berhasil dengan beberapa kemungkinan.
Diketahui :
Harga Senyawa Z dipasaran international $500 per Kg
Nilai tukar rupiah terhadap dolar adalah 9000 rupiah / dolar
Jadi harga Senyawa Z dalam Rupiah adalah 4.500.000 rupiah
Biaya oprasional untuk menghasilkan 1 Kg senyawa Z kurang lebih 1 juta rupiah.

Dalam 1 Kg Tembakau dihasilkan 0,03-3% senyawa Z
Asumsi contoh perhitungan kita ambil pada kisaran 0,03 %, 1%, 2%, 3 % senyawa Z yang dapat dihasilkan dari 1 Kg Tembakau. Maka :

a. Asumsi 3% Senyawa Z dalam 1 Kg Tembakau
Artinya : dalam 1 Kg tembakau dihasilkan 30 gram senyawa Z, maka untuk menghasilkan 1 Kg senyawa Z membutuhkan tembakau sebanyak 33,3 Kg
Perhitungan:
X = Tembakau yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg senyawa Z. Maka X = 1 Kg/ 0,03 Kg = 33,3 Kg
Konversi Nilai Ekonomi
• Asumsi harga tembakau per 1kg Rp.10.000
Total harga tembakau 33,3 Kg = 333.000 Rupiah
• Asumsi harga tembakau per 1kg Rp.20.000
Total harga tembakau 33,3 Kg = 666.000 Rupiah
• Asumsi harga tembakau per 1kg Rp.30.000
Total harga tembakau 33,3 Kg = 999.000 Rupiah
• Asumsi harga tembakau per 1kg Rp.35.000.
Total harga tembakau 33,3 Kg = 1.165.500 Rupiah. sedangakan harga 1 Kg Senyawa Z yang dihasilkan dari 33,3 Kg Tembakau adalah 4.500.000 rupiah.


b. Asumsi 2% Senyawa Z dalam 1 Kg Tembakau
Artinya : dalam 1 Kg tembakau dihasilkan 20 gram senyawa Z, maka untuk menghasilkan 1 Kg senyawa Z membutuhkan tembakau sebanyak 50 Kg
Perhitungan:
X = Tembakau yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg senyawa Z . Maka X = 1 Kg/ 0,02 Kg = 50 Kg
Konversi Nilai Ekonomi
• Asumsi harga tembakau per 1kg Rp.5000
Total harga tembakau 50 Kg = 250.000 Rupiah
• Asumsi harga tembakau per 1kg Rp.10.000
Total harga tembakau 50 Kg = 500.000 Rupiah
• Asumsi harga tembakau per 1kg Rp.20.000
Total harga tembakau 50 Kg = 1000.000 Rupiah
• Asumsi harga tembakau per 1kg Rp.30.000
Total harga tembakau 50 Kg = 1.500.000 Rupiah, sedangakan harga 1 Kg senyawa Z yang dihasilkan dari 50 Kg Tembakau adalah 4.500.000 rupiah.

c. Asumsi 1% senyawa Z dalam 1 Kg Tembakau
Artinya : dalam 1 Kg tembakau dihasilkan 10 gram senyawa Z , maka untuk menghasilkan 1 Kg senyawa Z membutuhkan tembakau sebanyak 100 Kg
Perhitungan:
X = Tembakau yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg . senyawa Z, Maka X = 1 Kg/ 0,01 Kg = 100 Kg
Konversi Nilai Ekonomi
• Asumsi harga tembakau per 1kg Rp.5000
Total harga tembakau 100 Kg = 500.000 Rupiah
• Asumsi harga tembakau per 1kg Rp.10.000
Total harga tembakau 100 Kg = 1000.000 Rupiah
• Asumsi harga tembakau per 1kg Rp.20.000
Total harga tembakau 100 Kg = 2.000.000 Rupiah
• Asumsi harga tembakau per 1kg Rp.30.000
Total harga tembakau 100 Kg = 3.000.000 Rupiah, sedangakan harga 1 Kg senyawa Z yang dihasilkan dari 100 Kg Tembakau adalah 4.500.000 rupiah.

d. Asumsi 0,3% Senyawa Z dalam 1 Kg Tembakau
Artinya : dalam 1 Kg tembakau dihasilkan 3 gram senyawa Z, maka untuk menghasilkan 1 Kg senyawa Z membutuhkan tembakau sebanyak 333,3 Kg
Perhitungan:
X = Tembakau yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg senyawa Z. Maka X = 1 Kg/ 0,003 Kg = 333,3 Kg
Konversi Nilai Ekonomi
• Asumsi harga tembakau per 1kg Rp.5000
Total harga tembakau 333,3 Kg = 1.666.500 Rupiah
• Asumsi harga tembakau per 1kg Rp.10.000
Total harga tembakau 333,3 Kg = 3.333.000 Rupiah, sedangakan harga 1 Kg senyawa Z yang dihasilkan dari 333,3 Kg Tembakau adalah 4.500.000 rupiah.
Pada Asusmsi ke 4 (d) maksimal pengambilan harga tembakau per Kg 10.000-12.000
Dari Asumsi a, b, c, d, sangat memungkinkan Peningkatan nilai ekonomis tembakau diwujudkan dengan solusi alternative diversifikasi teknologi pengolahan tembakau sebagai obat-obatan. Yaitu sebagai bahan dasar obat jantung, kangker dan borok yang bisa langsung dipasarkan dalam bentuk bahan dasar/ mentah ke pabrik farmasi baik dalam maupun luar negri.
Diketahui bahwa jumlah/ hasil (gram atau Kg) senyawa Z yang dihasilkan tergantung salah satunya pada mesin/ cara ektrak yang digunakan dan mutu tembakau, semakin baik cara ekstrak dan mutu tembakau maka semakin banyak senyawa Z yang dihasilkan juga berbanding lurus dengan kemurniannya. Semoga tulisan ini bermanfaat, mari kita bersama mencari solusi dari sebagian-semua masalah yang bisa kita pecahkan. Selanjutnya tergantung pada kebijakan pemerintah daerah.


jika ada yang mau di komentari Boleh lansung masuk ke komentar, atau emali: donk_elmaduri@yahoo.com. Sukardono Hidayat S(Dodonk A. Elmaduri).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar